LAYANAN KONSULTASI
SEPUTAR PENGECORAN LOGAM
Pengecoran logam adalah bagian dari proses yang sangat penting di sebuah industri, terutama otomotif, pompa dan lain-lain. Didalam proses pengecoran logam pasti kita temui masalah-masalah (problem) yang paling kita kenal diantaranya : Shrinkage, Porosity, Coldshut, Missrun, Gas Hole, dan lain-lain.
Kami akan bantu masalah Anda disini terutama bagi yang memiliki masalah di industri metode investment casting (Ceramic Mold). Ceritakan masalah Anda pada kami, berdasarkan teori dan pengalaman kami di investment casting pasti masalah Anda akan cepat terselesaikan.
Contoh Pengecoran Logam Investment Casting
CONTACT ME :
Miftahul Munif
0857 0633 2388 / 0819 4910 3988 / 0813 3304 0388
Email : miftahfoundry@gmail.com
METALOGRAFI (ANALISA MIKRO )
Pendahuluan
Analisa mikro
adalah suatu studi mengenai struktur logam melalui pembesaran yang tinggi.
Untuk pembesaran yang biasa digunakan mikroskop optis yang khusus untuk logam,
sedangkan untuk pembesaran raksasa digunakan mikroskop elektron.
Sebelum diamati
dibawah mikroskop maka permukaan logam yang akan diamati harus dipersiapkan
secara leliti dan hati-hali. Adapun objek yang akan diamati nantinya akan
sempit sekali tapi akan dapat membesaran dari puluhan kali sampai ribuan kali
dengan analisa mikro kita dapat mengamati bentuk dan ukuran kristal logam
kerusakan akibat olah bentuk, olah panas din perbedaan yang khas akibat
perbedaan komposisi kimia. Metalografi termasuk penelitian struktur logam padat
yang diperlukan cahaya pantulan untuk pengamatan selanjutnya
Persiapan benda uji.
Memotong logam.
Logam yang lunak
seperti kuningan aluminium dapat dipotong dengan gergaji pita atau yang bundar.
tapi untuk logam yang keras diperlukan pemotong karborundum atau intan (diamond
disk) hanya saja harus dijaga suhu jangan sampai naik hingga dapat merubah
ukuran struktur. Bagi logam yang kecil dan rapuh dapat pula dipatahkan langsung
karena yang akan diamati adalah secara mikro hingga sempit sekali
Supaya
representatif pemotongan untuk pengamatan harus dipilih tempat yang paling
mewakili atau dilakukan beberapa potongan dan tempat-tempat yang paling
mewakili.
Untuk penelitian
pengolahan panas perlu pemotongan dekat perrnukaan maupun yang jauh didalam.
Oleh karena itu pada pemeriksaan suku cadang yang rusak pemotongan dilakukan
dekat bagian yang rusak dan juga untuk pengamatan langsung dipotong pada jarak
tertentu. Untuk lebih mendapat gambaran yang luas diteliti pula potongan arah
longitudinal dan tranversal. Dari sini baru akan didapatkan gambaran yang lebih
pasti sebab-sebabnya terjadi kerusakan.
Catatan: Waktu
memotong usahakan jangan sampai menimbulkan panas yang berarti.
Meratakan permukaan
Potongan diatas
sebelum-diolah se!anjutnya harus diratakan dahulu. Untuk benda uji yang kecil
diperlukan pemegang yang terbuat dari plastik, bakelit atau logam lain dengan
maksud mudah dipegang secara kukuh.
Untuk meratakan
benda uji yang keras dapat dilakukan dengan gerinda, tapi untuk yang lunak
dapat dipakai cara pengasahan Selanjutnya meratakan permukaan dilakukan dengan
ampelas dari mulai yang sedikit kasar dan diakhiri dengan yang halus, setiap
ganti nomor ampelas arah gosokan harus berubah 90° supaya cepat rata dan tidak,
dalam mengikuti satu arah. Sisa-sisa bekas ampelas dan kotoran lainnya segera
dicuci dengan air dan alcohol. Pengasahan logam lunak harus lebih hati-hali
karena bila penekanan terlalu keras akan sulit diratakan, oleh karena itu perlu
dibantu dengan dibasahi minyak tanah atau minyak paraffin.
Pemolesan
Untuk menghilangkan
jalur-jalur bekas pengasahan maka harus dipoles supaya permukaan rata seperti
kaca. Adapun caranya dapat secara mekanis, khemis-mekanis atau elektromekanis.
Memoles mekanis dilakukan dengan mesin poles yang memutar, cakram poles yang
dilekati filt atau kain halus dan sejenisnya. Kemudian diberi pasta yang sangat
halus yang mengandung Oksida Alumunium. Oksida besi atau oksida khrom dan
sejenisnya. Adapun melekatkan pasta pada kain itu dapat dengan air tapi dapat
juga dengan perekat yang telah disiapkan dari pabrik pembuat pasta.
Putaran cakram
poles antara 400-600 putaran/menit dan dijaga supaya selalu basah dan hanya
ditekan sedikit supaya tidak menimbulkan panas yang berarti. Pemolesan dianggap
selesai bila permukaan sudah rata mengkilat tanpa goresan seperti kaca cermin. Untuk
bahan yang sangat tinggi kekerasannya maka untuk mengasahnya diperlukan serbuk
intan.
Cara memoles
dengan electro kimia, ialah benda uji dijadikan anoda sedang katodanya dibuat
dari baja tahan karat. Elektrolit yang dipakai untuk baja biasanya dipakai asam
Nitrat Bd 1,48 dengan rapat arus 8-10 Amp/cm2 pada suhu kamar. Untuk
macam-macam paduan diperlukan elektrolit yang berlainan.
Setelah selesai
pemolesan selalu harus dicuci dengan air & alkohol dan dikeringkan dengan
kertas saring.
Pengujian struktur mikro.
Tindakan pendahuluan
dari uji struktur mikro; ialah pengamatan benda uji dibawah mikroskop tanpa
melalui proses etsa yang dapat melihat bagian non Iogam yang ada permukaan
seperti silikat oksida dan sebagainya yang terjadinya akibat proses pembuatan
logam.
Yang sangat
jelas pada besi cor kelabu yang tampak hitam itu ialah grafit dan pada paduan
tembaga yang berwarna kelabu sampai biru ialah adanya oksida dan sulfide pengamatan
selanjutnya ialah melalui etsa. Benda uji yang diamati tanpa etsa terus
dlcelupkan dalam larutan etsa, sebelumnya cara mengetsa logam ada
bermacam-macam dengan dasar atas perbedaan sifat dari partikel-partikel logam
(batas kristal dan fasa) terhadap larutan kimia.
Akibat ini maka
hasilnya akan membentuk relief yang dapat dilihat dibawah mikroskop, seperti garis-garis
maupun gelap akibat bayangan dan bagian yang kurang dapat cahaya. Waktu
mengetsa hanya dilakukan pada permukaan yang telah dipoles dan dikeringkan.
Larutan pengetsa tidaklah sembarangan tapi harus tertentu demikian pula
waktunya. Yang menentukan kondisi pengetsa adalah logam yang diteliti. Tanda
mengetsa selesai ialah permukaan yang tadinya mengkilat menjadi sedikit buram,
kemudian segera cuci dengan air dan alkohol terus dikeringkan dengan kertas saring.
Mengetsa dapat
pula dilakukan dengan cara elektrolitis dengan jalan benda uji dijadikan anoda
dan katoda dibuat dari baja tahan karat atau batang karbon.
Reagen Untuk Mengetsa Besi dan
Paduannya
1. Untuk menentukan struktur
karbon, baja paduan dan besi tuang
Nama reagen
|
Komposisi
|
Pemakaian
|
Larutan asam nitrat alcohol
|
1-5 ml asam nitrat (σ =
1.4), 100 ml etil alkohol
|
Memberi
warna hitam pada pearlite, membentuk butiran bundar pada ferrite
|
Laruan asam pikrat alcohol
|
4 gr asam pikrat, 100 ml etil
akohol
|
Struktur
martensite dan hasil temper. Dapat juga dipakai untuk menunjukan struktur
baja karbon dan besi tuang, dan juga baja nitrat serta baja semen
|
Larutan asam nitrat dan
hydroclorate gliserin
|
10 ml asam nitrat (σ =
1.4), 20-30 ml asam clorida (σ = 1.19), 30 ml gliserin
|
Menunjukan
struktur cromium tinggi, baja potong cepat dan baja mangan austenite, setelah
pengerasan (hardening). Pergantian anatara etsa dan poles adalah suatu cara
untuk menghasilkan yang lebih baik.
|
Air raja
|
3 bagian asam clorida (σ =
1.19), 1 bagian asam nitrat (σ = 1.4)
|
Menunjukan
struktur baja stainlees dan paduan. Sebelum menggunakan reagen harus
diperbaiki selama 20-30 jam.
|
Larutan natrium pikrat
alkaline
|
2 gr asam pikrat, 25 gr
natrium hydrokside, 100 ml air
|
Menunjukan
cementite dengan memberi warna hitam. Tidak mewarnai karbida cromium dan
tungsten. Dengan cara direbus (dididihkan)
|
Larutan kalium ferrisianida
alkaline
|
10 gr kalium ferrisianida,
10 gr kalium hydroksida, 100 ml air
|
Menunjukan
karbida cromium dan tungsten, pada baja potong cepat, menggunakan panas.
Membentuk phospat pada eutectoid phospat dengan memberi warna hitam.
|
Reagen marble
|
20 gr CuSO4, 100
ml HCl (σ = 1.19), 100 ml etil alkohol
|
Mengetsa
secara kimia baja austenite. Digunakan untuk etsa elektrolitik selama 10-15
detik dengan voltase 12-15 pada batas silang, jika etil alcohol ditempatkan
dengan jumlah air yang sama.
|
Larutan asam oksalat
|
10 gr asam oksalat, 90 ml
air
|
Mengetsa
secara elektrolitik baja martensite dan austenite. Cara etsa: batas voltase
2-10 volt, waktu etsa 1-10 detik.
|
Larutan asam klorida dan
nitrat
|
10 ml asam clorida (γ =
1.19), 3 ml asam nitrat (γ = 1.4), 87 ml etil alcohol
|
Mengetsa
secara elektolitik baja-baja austenite,martensite dan martensite-ferrite.
Cara etsa: batas voltase 5-12 volt, waktu etsa diatas 10 detik
|
Larutan asam nitrat dan
klorida pekat
|
50 ml asam clorida (γ =
1.19), 8 ml asam nitrat (γ = 1.4), 50 ml air
|
Mengetsa
dengan cara elektrolitik baja austenite. Cara etsa: besar arus 1 Ampere/cm²
|
Larutan asam pikrat
|
Larutan asam pikrat cair
jenuh ditambah 3-4% cairan detergent
|
Etsa
secara kimia (10-30 menit pada 20-70ºC) untuk baja-baja martensite dan martensite-ferrite
|
Larutan HCl dengan CuCl2
|
40 ml asam clorida (γ =
1.19), 5 gr CuCl2 cair
|
Membentuk
nitride pada disperse pengerasan baja. Waktu etsa diatas 10 detik
|
2. Reagen untuk mengetsa tembaga
dan paduan tembaga
Nama reagen
|
Komposisi
|
Pemakaian
|
Larutan ferrite clorida dan
asam clorida
|
10 gr ferrite clorida, 25
ml (γ = 1.9) asam HCl, 100 ml air atau 5 gr ferrite clorida, 10 ml asam
clorida (γ = 1.19), 100 ml air
|
Menunjukan
struktur Cu, kuningan, timah dan aluminium, bronze, paduan bissmute-antimon
dll. Pada kuningan, warna fasa β adalah gelap. Mendeteksi struktur makro
|
Larutan garam rangkap:
tembaga-amonium clorida
|
10 gr garam rangkap, 100 ml
air, ammonira untuk membuat netral atau membuat alkaline
|
Menunjukan
struktur tembaga dan paduan tembaga, terutama kuningan 2 fasa (warna fasa α =
bening gelas)
|
3. Reagen untuk mengetsa paduan
aluminium
Nama reagen
|
Komposisi
|
Pemakaian
|
Asam florida
|
0.5 ml asam flourida (48
%), 99.5 ml air
|
Menunjukan
struktur paduan tuang duralumin dan dasar aluminium
|
Campuran asam kuat
|
1 ml asam ferridan padat,
1.5 ml asam clorida (γ = 1.19), 2.5 ml asam nitrat (γ = 1.4), 95 ml air
|
Menunjukan
mikrostruktur dari duralumin
|
4. Reagen untuk mengetsa secara
elektrolitik
Nama reagen
|
Komposisi
|
Pemakaian
|
Campuran HCl + FeCl3
|
0.5 % FeCl3, 1%
asam clorida (γ = 1.19), 98.5% metil alcohol
|
Untuk
mengetsa baja carbon. Besar arus 0.5 Ampere/cm²
|
Asam clorida
|
10% asam clorida (γ =
1.19), 90% tetil alcohol
|
Untuk
mengetsa baja paduan tinggi (cromium tinggi, baja potong cepat). Besar arus
0.05 Ampere/cm².
|
Asam oksalat
|
2-10 gr asam oksalat, 100
ml air
|
Untuk
mendeteksi carbide dan struktur matrik baja tahan karat dan baja paduan
nikel. Voltase 3-6 volt
|
Asam orthofosfat
|
Larutan asam orthofosfat (γ
= 1.48+1.55)
|
Untuk
mendeteksi struktur paduam tembaga (kuningan, bronze). Besar arus 0.02-0.05
Ampere/cm²
|
Metalografi Produksi Pengecoran
Logam
Tujuan
Mengetahui
proses pengujian metalografi dan dapat membuat laporan hasil uji metalografi
untuk mengendalikan kualitas bahan hasil produksi pengecoran logam.
Dasar Teori
Pengendalian kualitas material
melalui peagujian metalografi memang diperlukan dalam industri pengecoran
logam. Mikrostruktur hasil pengecoran suatu bahan menentukan sitat material
tersebut. Jika mikrostruktur yang terjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan
maka sifat mekanik bahan akan tidak sesuai dengan spesifikasi yang seharusnya.
Misalnya untuk jenis bahan FCD 700 maka mikrostruktur yang diinginkan adalah:
Bentuk grafit : Bulat (VI)
Ukuran : 6
Pembulatan : >80 %
Perlit : >90 %
Ferrit : < 10%
Dengan kondisi
tersebut maka sifat mekanik FCD 700 akan terpenuhi yaitu
Kuat tarik : 700 N/mm2 min.
Elongasi : 4 % min.
Kekerasan : HB
Prosedur Pelaksanaan
- Pengambilan/pemotongan sampel basil produksi pengecoran
- Masing-masing sampel diberi nomor sesuai dengan nomor peleburannya
- Pengampelasan , pemolesan dan pengetsaan sampel uji
- Pengamatan mikroskopis
- Pencatatan data basil peagamatan
- Keputusan kualitas bahan secara metalografis
- Pelaporan dan pengesahan kepada pihak yang berwenang (instruktur Lab. dan QC)
Mounting Mesin dan Manual
Tujuan
Mengetahui
proses dan dapat membuat mounting (pemegang) sampel uji dengan menggunakan
mesin mounting atau secara manual.
Dasar Teori
Bahan mounting
yang berfungsi sebagai pemegang benda uji yang bentuknya kecil berasal dari
jenis bahan polimer atau jenis logam yang mempunyai titik lebur rendah seperti
So (timah putih), Pb (timah hitam) dsb. Proses pembuatannya memakai prinsip
pemanasan atau kimia. Pada proses pemanasan bahan polimer jenis termoset yang
berbentuk bubuk dipanaskan akan saling mengikat satu sama lain dan membentuk
seperti wadahnya (misal silinder). Pada jenis polimer dengan pengerasan melalui
reaksi kimia, bahan (disebut resin) berbentuk cair dengan penambahan hardener
maka resin akan mengeras. Waktu pengerasan sesuai dengan jumlah hardener yang
diberikan. Adapun kegagalan akibat pemontingan ini dapat mengakibatkan sampel
tidak dapat kita amati secara keseluruhan terutama sampel yang mengalami proses
case hardening. Berikut cacat yang sering diperoleh dari pembingkaian resin.
Cacat (visual)
|
Penyebab
|
Penanggulangan
|
Cracking
|
§ Perbandingan
hardener dengan resin tidak sesuai
|
§ Koreksi
perbandingannya
|
Bubble
|
§ Pengadukan
terlalu kencang sehingga mengakibatakan timbul gas
|
§ Pengadukan
secara pelan guna menghindari gas terjebak
|
Discoloration
|
§ Perbandingan
pengeras dengan resin tidak sesuai
§ Oxidasi
pada pengeras
|
§ Koreksi
perbandingannya
§ Seal
tetap tertump dengan baik
|
Soft Mounts
|
§ Perbandingan
pengeras dengan resin tidak sesuai
§ Terjadi
kesalahan pada pengaduakan
|
§ Koreksi
perbandingannya
§ Lakukan
pengadukan dengan baik
|
Tacky Tops
|
§ Perbandingan
pengeras dengan resin tidak sesuai
§ Kurang
lama proses pengadukan resin dengan pengeras
|
§ Koreksi
perbandingannya
§ Waktu
pengadukan harus tepat
|
Radial Split
|
§ Terlalu
besar sample
§ Ujung
sampel lerlalu tajam
|
§ Kurangi
besar sample
§ Champer
ujung sampel
|
Edge Shrinkage
|
|
§ Kurangi
temperatur moulding
§ Champer
ujung sampel
|
Circumferential
Splits
|
§ Banyak
kelembapan yang terserap
§ Gas
yang terjebak dalam moulding
|
§ Panaskan
sebuk dan moulding
|
Cottonball
|
§ Tidak
mencapai waktu maksimum
§ Tidak
cukup waktu pada suhu maksimum
|
§ Perlama
waktu penahanan pada suhu maksimum
|
Crazing
|
§ Tidak
merata tegangan pada permukaan sebelum atau setelah injeksi
|
§ Temper
mounting dalam air mendidih
§ Dinginkan
secara perlahan sampai temperatur yang rendah pada saat peinjeksian
|
Prosedur Pelaksanaan
Mounting Mesin
Cara pembuatan resin Termoset dengan mengunakan mesin
mounting:
- Pasang slang pendingin ke saluran air (belum dialirkan)
- Buka tutup mesin 90° berlawanan arah jarum jam
- Tutup katup balik scarab jarum jam, kemudian naikkan piston dengan cara memompa pompa hidrolik sampai piston muncul ke permukaan
- Taburkan serbuk pemisah pada permukaan piston secara merata
- Letakkan benda uji ditengah tengah
- Turunkan piston dengan cara membuka katup balik berlawanan arah jarum jam sampai piston turun t 2 cm
- Masukkan bahan resin sampai penuh
- Taburkan serbuk pemisah diatasnya sampai menutupi serbuk resin
- Turunkan piston lagi ± 2 cm
- Letakan tutup, turunkan piston sampai posisi tutup sempuma
- Putar tutup 90° derajat, searah jarum jam
- Nyalakan heater / pemanas
- Pompa piston sampai tekanan 25 - 35 KN kemudian pertahankan ±10 menit tergantung jenis resin
- Setelah waktu pemanasan selesai matikan heater
- Buka kran pendingin sampai perangkat mesin tidak terlalu panas t 10 menit
- Buka penutup piston
- Naikkan piston dengan cara di pompa
- Ambil sampel bersihkan silinder dan piston
- Setelah selesai biarkan pendinginan terus berlangsung sampai perangkat mesin mencapai temperatur kamar
- Lanjut dengan proses uji metalografi
Mounting Manual
- Siapkan sampel untuk di mounting
- Siapkan cetakan mounting
- Siapkan resin dan komponen tambahannya
- Boat campuran resin sesusi dengan jenis resinnya Misal:
Resin type SG 700 perbandingan resin : hardener.
Resin butek perbandingan cobalt : resin : pengisi katalis
- Beri baban pemisab pada cetakan mounting
- Letakkan sampel pada rongga cetakan
- Corkan resin yahg telah dicampur
- Tunggu sampai resin bendr-bendr mengeras
- Ambil hasil mounting dari cetakannya
- Lanjutkan dengan proses uji metalografi
Etsa khusus
Tujuan
mengetahui dan dapat melaksanakan
proses etsa dengan cara temper , elektrolisa dan etsa bahan non ferro.
Dasar Teori
Proses etsa pada
prinsipnya merupakan proses korosi pada permukaan logam. Korosi adalah reaksi
kimia pada bahan dengan lingkungan yang mendukung. Dengan tingkat korosi yang
berbeda maka masing¬masing mikrostruktur akan menampilkan formasi/wama yang
berbeda-beda. Tingkat korosi tergantung pada beberapa hal yaitu:
- Temperatur
- Konsentrasi reaktan (larutan kimia)
- Jenis baban
- Tegangan dalam
- Erosi
Proses
terjadinya korosi melalui reaksi elektrokimia. Pada saat bahan memiliki
elektron bebas yang dapat mengakibatkan proses elektrokimia maka akan terjadi
proses korosi.
Pada pengetsaan
maka terjadinya korosi akan mengakibatkan permukaan mikro logam berkontur
(berbeda ketinggian). Perbedaan tersebut terjadi karena masing-,masing jenis
mikrostruktur memiliki ketahanan korosi yang berbeda-beda. Comoh : -ferrit
lebih mudah terkorosi dibanding Fe3C maka permukaan ferrit akan lebih rendah
dibanding Fe3C untuk jenis mikrostruktur yang memiliki ketahanan korosi yang
tinggi yaitu austenit maka proses pengetsaan dilakukan dengan cara khusus.
Proses etsa (dalam hal ini korosi) yang diberikan diperkuat dengan pemberian arus
listrik. Dengan pemberian arus listrik diharapkan bahan yang sulit untuk
terkorosi menjadi mudah terkorosi.
Etsa Panas
- Siapkan sampel uji yang sudah dipoles dalam keadaan kering dan bersih.
- Sediakan pasir kuarsa, kompor pemanas serta termometer
- Panaskan sampel diatas kompor pemanas sampai suhu yang diinginkan tercapai
- Taburkan pasir kuarsa diatas kompor
- Pindahkan sampel diatas pasir kuarasa panas
- Setelah temperatur tercapai tahan ±5-15 menit tergantung dari sampel material tersebut
- Angkat sampel dengan penjepit
- Diamkan hingga sampel mencapai suhu kamar
- Setelah dingin lakukan pengamatan dibawah mikroskop
Etsa Elektrolisa
- Siapkan sampel.uji yang sudah dipoles
- Siapkan bahan etsa yaitu (asam oksalat 10 % + Aquades)
- Siapkan adaptor 5 V atau 10 V DC
- Sambungkan penjepit untuk sampel uji pada posisi anodik (positif)
- Untuk posisi katodik pergunakan logam tembaga / brass / bronze
- Celupkan kedua logam dalam larutan asam oksalat 10
- Jika reaksi terjadi akan terlihat gelembung udara
- Tahan + 15 detik
- Angkat sampel kemudian keringkan dan lakukan pengamatan dibawah mikroskop
Etsa Heat Tinting
- Siapkan sampel uji yang sudah dietsa dalam keadaan kering dan bersih.
- Sediakan pasir kuarsa, kompor pemanas sera termometer
- Panaskan kompor pemanas sampai suhu yang diinginkan tercapai
- Taburkan pasir kuarsa diatas kompor
- Pindahkan sampel diatas pasir kuarasa panas
- Setelah temperatur tercapai tahan ±5-15 menit tergantung dari sampel material tersebut
- Angkat sampel dengan penjepit
- Diamkan hingga sampel mencapai suhu kamar
- Setelah dingin lakukan pengamatan dibawah mikroskop
Etsa Non Ferro
- Siapkan sampel uji yang sudah dipoles
- Siapkan bahan etsa
Untuk base tembaga
Ferric Chloride
|
5 gr
|
Hydrochloric Acid
|
2 ml/ 10 ml
|
Alkohol/ Aquades
|
95 ml/ 100 ml
|
Untuk base Alumunium
Hydrochloric Acid
|
0.5 ml
|
Aquades
|
100 ml
|
- Lakukan pengetsaan dengan cara mencelup sampel +5 - 30 detik
- Bersihkan permukaan etsa dengan alkohol lalu keringkan
- Lakukan pengamatan metalografi
STRUKTUR DAN SIFAT-SIFAT CORAN PADUAN TEMBAGA
Coran paduan tembaga
adalah paduan antara tembaga dengan unsur-unsur lain, dan banyak macamnya
sesuai dengan macam dan prosentase unsur penyusun.
BRONS
Brons adalah
paduan tembaga dan timah, dan biasanya kandungan timah kurang dari 15% pada
Coran biasa. Paduan yang mengandung timah kurang dari 5 % berwarna merah
tembaga, sedangkan penambahan tin memberikan warns kekuning-kuningan dan kadar
tin di atas 15%. membuatnya kuning-merah. Struktur tersebut ditunjukkan dalam
Gbr. 2.38. Kekuatan tarik brons paling tinggi terjadi pada kadar timah 10%, dan
perpanjangannya yang paling tinggi terjadi pada kadar timah 4%. Coran brons
dapat kena korosi oleh amonia, mempunyai ketahanan terhadap air, uap, air
garam, larutan alkali dan selain itu tahan aus.
Brons yang hanya
terdiri dari tembaga dan timah mempunyai kecairan yang jelek, sehingga brons
yang biasa dipakai ditambah seng, fosfor, timbal dan, seterusnya. Paduan yang
terutama dipakai adalah paduan dari 2 % seng, 10% timah dan 88% tembaga disebut
"logam meriam" (gun metal).
Brons (100x)
Struktur yang merata adalah proeutektoid
dan titik hitam adalah Pb.
Komposisi:
Cu 81-87%, Sn 4-6%, Zn 4-7%, Pb 3-6%
(setelah dicor)
BRONS FOSFOR
Sifat-sifat
brons fosfor diperbaiki dengan menambah fosfor ke dalam brons, sehingga
kekuatan tarik, kekerasan dan ketahanan ausnya diperbaiki. Paduan itu terdiri
dari 91-84% tembaga, 9-16% timah dan 0,05-0,5% fosfor. Biasanya dipakai untuk
roda gigi, bantalan luncur, bumbung dan lain-lain. Gbr. 2.39 menunjukkan
struktur mikro dari brons fosfor.
Brons fosfor (100x)
Komposisi: Cu 89.9%, Sn9.75%, P 0.14%
Setelah dituang pada cetakan pasir. Fasa
α + δ membentuk struktur eutectoid diantara struktur fasa α yang bersambungan.
KUNINGAN
Kuningan adalah paduan antara tembaga dan
seng. Biasanya kandungan seng sampai kira-kira 40 %. Paduan yang merah
kekuning-kuningan adalah. paduan dengan seng 40 % sedangkan yang kuning
kemerah-merahan adalah paduan dengan seng 30 % Dalam ketahanan terhadap korosi
dan aus, kurang baik aibanding dengan brons. Tetapi is murah dan mampu cornya
lebih baik dari brons.
Coran kuningan dipakai untuk
bagian-bagian pompa, logam bantalan, bumbung, roda gigi dan sebagainya, di mana
tidak dibutuhkan sifat-sifat yang begitu baik. Kuni¬ngan dengan kadar tin
1,0-1,5 % disebut kuningan kapal (naval brass) mempunyai keta¬hanan tinggi
terhadap korosi air garam. Gambar dibawah menunjukkan struktur mikro dari
kuningan.
kuningan (30x)
bagian putih: fasa α proeutektoid bagian
gelap fasa β
Komposisi:
Cu 60-65%, Pb 0.5-3%, Sn 1%, Al 0.5%, Fe
0.8%, Zn sisanya
(setelah dicor dalam cetakan kulit)
KUNINGAN KEKUATAN TINGGI
Kuningan ini
adalah macam kuningan yang khusus yang ditambah mangan, nikel, aluminium, timah
dan sebagainya untuk memperbaiki sifat-sifat mekaniknya. la dipakai untuk baling-baling
kapal laut dan bagian-bagian mesin. yang memerlukan kekuatan tinggi.
BRONS ALUMINIUM
Brons aluminium
ini terutama terdiri dari tembaga dan aluminium dengan tam¬bahan nikel dan
mangan. Ia biasanya terdiri dari 8-11,5 % aluminium, nikel kurang dari 6,5%,
mangan kurang dari 3,5% dan sisanya tembaga. Sifat-sifat mekaniknya lebih baik
dari pada sifat-sifat mekanik dari brons dan kuningan demikian juga keta¬hanan
korosinya, tetapi sedikit mahal. Brons aluminium dipakai untuk roda gigi
baling-baling dan bagian-bagian mesin lainnya yang membutuhkan ketahanan korosi
dan aus. Gbr. 2.41 menunjukkan struktur mikro dari brons aluminium.
Brons Aluminium (100x)
Bagian putih: Fasa α pro eutektik
Bagian hitam: struktur eutectoid α + δ
Komposisi:
Al 8-11%, Fe 3-5%, Ni 0.5-2%, Mn 0.5-2%,
Cu sisanya (setelah dicor)
STRUKTUR DAN SIFAT-SIFAT CORAN PADUAN ALUMINIUM
Aluminium
dipakai sebagai paduan dari pada sebagai logam murni, sebab tidak kehilangan
sifat ringan dan sifat-sifat mekanisnya dan mampu cornya diperbaiki dengan
menambah unsur-unsur lain. Unsur-unsur paduan itu adalah tembaga, silisium,
magnesium, mangan, nikel dan sebagainya, yang dapat mengubah sifat-sifat paduan
aluminium.
PADUAN ALUMINIUM-TEMBAGA,
ALUMINIUM-TEMBAGA-SILISIUM
Paduan
aluminium-tembaga adalah paduan aluminium yang mengandung tembaga 4,5 %,
memiliki sifat-sifat mekanik dan mampu mesin yang baik sedangkan mampu cornya
agak jelek.
Paduan aluminium-tembaga-silisium
dibuat dengan menambah 4-5 % silisium pada paduan aluminium-tembaga untuk
memperbaiki mampu cornya, paduan ini disebut "lautal", adalah salah
satu dari paduan aluminium yang terutama. Paduan ini dipakai untuk bagian-bagian
dari motor mobil, meteran dan rangka utama dari katup-katup; Gbr. 2.42
menunjukkan struktur mikro dari paduan aluminium-tembaga-silisium.
Coran paduan Al-Si-Cu (100x)
Bagian putih adalah aluminium proeutektik
dan bagian hitam berbentuk jarum adalah CuAl2
Komposisi:
Si 4.58%, Cu 4.2%, Fe 0.14%, Al sisanya
PADUAN ALUMINIUM-SILISIUM,
ALUMINIUM-SILISIUM-MAGNESIUM
Paduan eutektik
dari aluminium dan silisium sekitar 2 % disebut silumin yang memiliki mampu cor
yang baik, sehingga terutama dipakai untuk bagian-bagian mesin biasa. Tetapi
paduan yang biasa dicor mempunyai sifat mekanik yang buruk karena butirbutir
silisium yang besar, sehingga ia dicor dengan tambahan natrium dan agitasi dari
logam cair untuk membuat kristal halus dan memperbaiki sifat-sifat mekanik. Tapi
cara ini tidak efektif untuk coran tebal.
Paduan
aluminium-silisium diperbaiki dalam sifat-sifat mekaniknya dengan menambahkan
magnesium, tembaga atau mangan, dan selanjutnya diperbaiki dengan perlakuan
panas. Paduan aluminium dengan Si 7-9% dan Mg 0,3-1,7% dikeraskan dengan
pengerasan presipitasi di mana terjadi presipitasi Mg2Si, sehingga
sifat-sifat mekaniknya dapat diperbaiki. Paduan ini dinamakan silumin gama dan
dipakai untuk rumah-rumah, teromol rem dan sebagainya. Gambar disamping
menunjukkan struktur mikro dari paduan aluminium-silisium-magnesium.
coran paduan Al-Si-Mg
hitam Mg2Si, abu-abu CuAl2
dan eutektik Si berbintik-bintik mengendap diantara matrik alpha-Al
komposisi:
Cu 1.08%, Si 11.55%, Mg 0.82%, Fe 0.45%,
Ni 1.63% Al sisanya
Pengolahan panas T6, Eutektik Si α-Al,
CuAl2, Mg2Si
PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM
Paduan aluminium
yang mengandung magnesium sekitar 4% atau 10% mempunyai ketahanan korosi dan
sifat-sifat mekanik yang baik. la mempunyai kekuatan tarik di atas 30 kgf/mm=
dan perpanjangan di atas 12 % setelah perlakuan panas. Paduan ini disebut
hidronalium dan dipakai untuk bagian-bagian dari alat-alat industri kimia,
kapal laut, kapal terbang, dan sebagainya, yang membutuhkan ketahanan korosi.
PADUAN ALUMINIUM TAHAN PANAS
Paduan Y ialah
paduan Al-Cu-Ni-Mg yang kekuatannya tidak berubah sampai 200°C dan sangat
tinggi walaupun pads temperatur 300°C, sehingga paduan ini diper¬gunakan untuk
torak atau tutup silinder.
Lo-Ex
adalah paduan Al-Si-Cu-Ni-Mg, yang mempunyai koefisien muai rendah dan kekuatan
panasnya tinggi, sehingga is dipakai untuk torak dan sebangsanya. Gambar
dibawah menunjukkan struktur mikro dari satu macam paduan A1-Mg.
coran paduan Al-Mg
(100x)
matriks adalah α-Al, titik hitam
adalah Mg2Si
komposisi
Mg 3.86%, Si 0.18%, Mn 0.39%, Fe
0.29%, Cu 0.07%, Al sisa